Surat yang tak pernah sampai

Dear the object of my affection,

Beberapa rasa tak pernah hilang dan tak pernah mati. Tersimpan dalam laci lapis paling dalam, tak terbuka, dan menguap menjadi topeng yang tak sejalan dengan asa. Rasa itu sesekali datang, seperti kecupan dementor yang membuatku beku, kaku, ... pilu,

Rasa itu menyesakkan.

Aku lelah menjalani hari dengan topeng itu. Topeng ironis yang termanifestasikan dalam suatu hubungan yang rapuh, sepa, dan tak berasa. Topeng pelarian ketidakberdayaanku. Yang tanpa kusadari dari awal telah membelengguku ke dalam suatu kejahatan. Kejahatan rasa yang terorganisasi dengan rapi dan penuh kepalsuan. Bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Tinggal menunggu waktunya tiba dan..Bam!! Yang akan tersisa hanyalah kepingan asa yang remuk dan tak berasa lagi. Konsekuensi dari sumbu yang telah kupicu sendiri.

Semua orang tidak ingin menjadi jahat, begitu juga denganku. Tetapi keadaan terkadang menjebak kita kepada suatu pilihan yang dilematis. Pasti akan ada pihak yang menyakiti dan tersakiti. Aku tak ingin bom itu meledak sebelum waktunya. Ia kusimpan rapi di dalam taman yang kubangun dari awal. Taman itu akan kupersiapkan untuk bisa bertahan dari apapun. Taman yang kelak akan dimiliki oleh pihak yang tersakiti. Dan aku adalah sang double agent. Pembuat sekaligus perusaknya.

Pihak yang akan tersakiti akan menjadi tegar. Dia kupersiapkan untuk berdiri menantang badai. Dan dia akan kuat menjalani semuanya sendiri. Suatu saat nanti, ketika si pencipta taman itu berkhianat. Berkhianat dengan menyerahkan diri kepada ketiadaan.

Dan sang pencipta taman akan kembali sendiri. Akan selalu sendiri.




Dear, the object of my affection. Begitulah blueprint yang ada. Aku akan belajar untuk melupakan semuanya. Melupakan malam kue pertama itu, blue handband itu, kacamata itu, inbox yang tak lagi bisa dibuka itu, surat pertama itu, dan semua tentangmu.

Inilah surat yang tak pernah sampai. Aku masih berharap untuk bisa belajar merasakan lagi rasa selain rasaku kepadamu. Bisa merasakan lagi gugurnya bunga sakura di musim semiku. Dan ikut menantang badai bersamanya di taman yang telah ku buat sendiri.

Seandainya kenyataan adalah muka dari sisi mata koin yang telah jatuh ke tanah, yang aku inginkan hanyalah kembali di udara. Kembali bertarung dengan gravitasi. Kembali memilih ...

Dan aku menyesal ...

Dedicated to erwii. Wherever you are.

3 comments: (+add yours?)

Just Me-Meta said...

"Semua orang tidak ingin menjadi jahat, begitu juga denganku", tp ada kalanya dimana satu2nya yang baik dari mereka adalah menjadi jahat,d mana dengan menjadi jahat mereka akn menemukan sesuatu yang mengilhami mereka bhwa tnpa menjadi jahatpun mereka bisa...
(mbulet kan? aku we bingung dam,but i'm sure u can get the point)

Unknown said...

bagus... ^^

Flippy said...

@Meta:
Biarkan hari bertingkah semaunya. Dan janganlah resah akan kisah-kisah malam. Karena tidak ada apapun yang abadi.

I got d point, met. Thanks ya ^^

@Rani:
Makasih Rani. Semangat ngeBlog!!! Tee Hee

Post a Comment